Jakarta (Antaranews Babel) - Pemerintah Indonesia dan Afghanistan mendorong peningkatan kerja sama antarpelaku bisnis (business to business/B2B) kedua negara, sehingga mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang sama-sama menguntungkan dan membawa kesejahteraan masyarakat.
"Paling penting kami dorong B2B untuk saling melihat potensinya. Namun, mereka melihat bahwa pengembangan industri di Indonesia relatif lebih unggul dibandingkan mereka. Mereka pun ingin belajar membuat kebijakan industri," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangannya di Jakarta, Jumat.
Hal tersebut dikatakan Airlangga seusai mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu Kepala Eksekutif Pemerintahan Afghanistan Abdullah Abdullah di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (4/10/2018).
Menurut Menperin, dari pertemuan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kepala Eksekutif Pemerintahan Afghanistan Abdullah Abdullah, Afghanistan mengharapkan perlakuan khusus terhadap komoditas mereka yang diekspor ke Indonesia.
"Mereka merasa kalau produknya masuk ke Indonesia tidak mendapat treatment khusus, itu menjadi sulit bersaing," ujarnya.
Airlangga menyebutkan Afghanistan mempunyai produk bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri farmasi di Indonesia.
"Jadi, melalui hilirisasi, industri kita meningkatkan nilai tambah bahan baku tersebut. Selain itu, Afghanistan juga merupakan produsen essential oil yang cukup besar," tuturnya.
Di samping itu, Pemerintah Afghanistan juga berharap kepada investor Indonesia dapat meningkatkan investasi di sana.
"Dalam waktu dekat, kedua negara akan melakukan capacity building terlebih dahulu. Kemudian, nanti ditingkatkan ke level investasi dan kunjungan ke Afghanistan," imbuhnya.
Menurut Airlangga, Pemerintah Afghanistan telah mengambil langkah reformasi untuk meciptakan iklim usaha yang kondusif. Oleh karenanya, pelaku bisnis Indonesia perlu melihat peluang ekspansi ke negara tersebut.
"Yang masih potensial, antara lain sektor agrikultur, proyek infrastruktur, eksplorasi mineral, tekstil dan aneka tekstil, serta sektor industri kecil dan menengah," ungkapnya.
Sebaliknya, Menperin mengundang pelaku bisnis Afghanistan agar meningkatkan penanaman modal di Indonesia khususnya di industri manufaktur.
"Termasuk, jasa perawatan untuk mendukung proyek infrastruktur di dalam negeri. Kerja sama ini akan menempatkan Indonesia sebagai partner utama di Asia Tenggara untuk memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi Afghanistan," paparnya.
Dalam bidang perdagangan, Afghanistan menempati urutan ke-113 dalam volume ekspor Indonesia ke dunia dengan total nilai ekspor pada 2016 sebesar 16,22 juta dolar AS dan meningkat menjadi 20,18 juta dolar AS pada 2017.
Sementara itu, Afghanistan telah berinvestasi di Indonesia untuk sektor industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi, logam dasar, barang logam, mesin, serta elektronika dengan 16 proyek senilai 90,5 ribu dolar AS.