Tbilisi (Antara Babel) - Seorang wartawati foto Prancis tewas ketika sedang menjalankan tugas peliputan di Republik Afrika Tengah yang dilanda konflik, kata Presiden Prancis Francois Hollande, Selasa.
Berbicara kepada waratwan di Tbilisi saat mengunjungi Georgia, Hollande mengatakan wartawati itu, Camile Lepage,"sedang memotret, melaksanakan pekerjaannya dan kemungkinan ia diserang".
Menurut pernyataan kepresidenan Prancis, mayat Lepage ditemukan oleh satu patroli pasukan perdamaian Prancis, yang sedang memeriksa satu kendaraan yang dikemudikan oleh milisi "anti-balaka" di daerah Nouar, di bagian barat negara Afrika Tengah itu.
Lepage, 26 tahun, bekerja sebagai juru foto Hans Lucas yang bermarkas di Paris, kata jejaring sosialnya, seperti dilaporkan AFP.
Kematiannya terjadi enam bulan setelah dua wartawan Prancis untuk radio RFI tewas di Mali.
Satu sumber militer Prancis mengatakan Lepage bersama dengan milisi anti-balaka untuk melakukan liputan ketika mereka diserang oleh kelompok-kelompok bersenjata di daerah itu dua hari lalu.
"Dia tewas akibat kena tembak dan mayatnya ditemukan oleh milisi anti-balaka bersama dengan rekan-rekan mereka," kata sumber yang tidak bersedia namanya disebutkan itu,dan menambahkan satu pemeriksaan sedang dilakukan untuk memastikan penyebab kematiannya.
Hollade memerintahkan pengiriman segera satu tim Prancis serta polisi Afrika Tengah ke lokasi itu untuk menjamin dilakukan semua tindakan untuk menemukan dan menghukum para pelaku.
Ibunda Lepage mengemukakan kepada media Prancis bahwa anak perempunannya itu adalah "seorang gadis luar biasa" yang ingin "menyaksikan langsung penduduk yang berada dalam bahaya".
Dia mengatakan putrinya berangkat ke Afrika Tengah September."Dia tidak takut."
Afrika Tengah yang sangat miskin dilanda krisis sejak gerilyawan Seleka yang beranggotakan warga Muslim merebut kekuasaan dalam kudeta Maret 2013, tetapi kemudian diganti oleh satu pemerintah sementara Januari.
Kelompok-kelompok sempalan gerilyawan Seleka melakukan satu operasi pembunuhan, perkosaan dan penjarahan, yang memicu para anggota mayoritas Kristen membentuk kelompok milisi "anti-balaka".
Kedua kelompok itu saling melakukan pembunuhan yang menyebabkan ribuan orang tewas dan hampir satu juta orang mengungsi.
Hollande yang berbicara tentang aksi kekerasan yang melanda bekas koloni Prancis itu, menyatakan bahwa "pada saat ini ketika kami mendengar kematian wanita muda ini, kami juga memperoleh informasi mengenai terjadinya pembunuhan di Afrika Tengah itu".
Setidaknya 13 orang dibakar hidup-hidup akhir pekan lalu di Afrika Tengah ketika mereka ditangkap oleh para pria bersenjata dan dikurung dalam sebuah rumah yang kemudian dibakar, kata satu sumber polisi, Selasa.
Hollande mengatakan pasukan Prancis bersama dengan pasukan Eropa dan Afrika harus terus bekerja untuk membantu memulihkan perdamaian dan stabilitas di negara yang porak porada akibat konflik itu.