Pangkalpinang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat nilai impor pada Januari 2019 sebesar US$0,9 juta atau turun 91,31 persen dibanding Desember 2018, karena tidak adanya impor migas di daerah penghasil bijih nomor dua terbesar dunia tersebut.
"Seluruh impor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada awal tahun ini merupakan produk nonmigas," kata Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel Darwis Sitorus di Pangkalpinang, Minggu.
Ia mengatakan biasanya impor migas mendominasi impor Provinsi Kepulauan Babel. Terhitung sejak 2017, impor migas mencapai US$15,7 juta per bulan. Namun pada Januari 2019 tidak ada peran migas terhadap akumulasi impor daerah ini.
"Impor nonmigas pada awal tahun ini didominasi oleh mesin-mesin, pesawat mekanik. Sekitar 63,74 persen (US$581,4 ribu) impor nonmigas di daerah ini merupakan golongan ini," ujarnya.
Sementara itu, peralatan listrik menempati urutan kedua dengan nilai sebesar US$172,3 ribu (18,89 persen), produk keramik menempati urutan ketiga dengan peran 9,88 persen (US$90,1 ribu).
"Produk plastik dan barang dari plastik (HS 39) dan tembaga berada pada urutan keempat dan kelima dengan peran 3,72 persen (US$33,9 ribu) dan 1,31 persen (US$11,9 ribu)," katanya.
Menurut dia berdasarkan negara asal impor hanya ada dua negara yaitu Tiongkok dan Malaysia yang berperan dalam impor awal tahun ini. Tiongkok menempati posisi puncak dalam peran impor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Januari 2019.
"Nilai impor dari Tiongkok sebesar US$646,4 ribu atau berperan 70,86 persen. Impor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari Tiongkok meningkat 2,01 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai impor dari Malaysia turun 99,07 persen dibanding Januari 2018 menjadi US$265,8 ribu," katanya.