Pangkalpinang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat Kota Pangkalpinang pada Maret 2019 deflasi 0,76 persen, sementara Belitung mengalami inflasi sebesar 0,27 persen karena kenaikan harga empat indeks kelompok pengeluaran di daerah itu.
"Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi pada Maret tahun ini delasi sebesar 0,76 persen, atau terjadi penurunan indeks harga konsumen 141,22 dibandingkan bulan sebelumnya 142,30," kata Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel Darwis Sitorus di Pangkalpinang, Senin.
Ia mengatakan deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 2,47 persen, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,06 persen, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar sebesar 0,18 persen.
Demikian juga pendidikan rekreasi, dan olahraga turun 0,10 persen, serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,20 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah kelompok sandang 0,21 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,05 persen.
"Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Maret 2019 diantaranya bawang merah, daging ayam ras, anggur, jeruk, bawang putih, sepeda motor, ayam hidup, cabai
rawit, biaya pengiriman barang, dan mie kering instan. Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga diantaranya ikan selar, ikan kerisi, ikan kembung, ikan dencis, beras, ikan singkur, bayam, angkutan udara, ikan tenggiri, dan kangkung," katanya.
Sebaliknya, Belitung pada Maret 2019 mengalami inflasi 0,27 persen, karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya empat indeks kelompok pengeluaran yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,03 persen.
Selanjutnya, kelompok kesehatan sebesar 0,09 persen, pendidikan rekreasi dan olahraga 1,21 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 3,08 persen.
"Ada dua kelompok lainnya mengalami deflasi yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,46 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,19 persen. Sementara kelompok sandang relatif stabil," katanya.
Menurut dia apabila digabungkan kedua kota ini, maka didapatkan Babel mengalami deflasi sebesar 0,39 persen dengan IHK 142,31.
"Inflasi/deflasi sangat dipengaruhi oleh kelancaran distribusi dan ketersediaan berbagai kebutuhan rumahtangga yang tentu saja berimbas langsung terhadap tingkat harga, serta kebijakan pemerintah akan sektor strategis, seperti bahan bakar minyak, tarif listrik, dan bahan bakar rumahtangga," ujarnya.
Selain itu, tingkat permintaan dari konsumen yang dipengaruhi faktor musiman seperti perayaan hari keagamaan serta kondisi cuaca memberikan dampak yang cukup signifikan pula.
"Saat ini distribusi berbagai kebutuhan pokok masyarakat dari luar daerah berjalan lancar dan permintaan masyarakat masih relatif normal," katanya.