Pangkalpinang (ANTARA) - PT Timah Tbk mencatat produksi bijih timah pada 2018 mencapai 44.514 ton atau mengalami kenaikan sebesar 42,77 persen dibandingkan tahun sebelumnya 31.178 ton, sehingga perusahaan pertambangan berplat merah itu memiliki prosentase kontribusi paling besar terhadap ekspor timah Indonesia.
"Manajemen optimis kinerja perseroan pada 2019 akan terus meningkat seiring dengan membaiknya tata kelola pertimahan di Indonesia," kata Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Amin Haris Sugiarto di Pangkalpinang, Selasa.
Ia mengatakan perolehan produksi bijih timah 2018 yang mencapai 44.514 ton tersebut 49,90 persen diantaranya berasal dari penambangan di laut (offshore) dan sisanya sebesar 50,10 persen berasal dari darat (onshore).
Sementara itu, produksi logam timah sampai dengan akhir 2018 tercatat 33.444 Mton atau naik 10,56 persen dibandingkan periode yang sama 2017 sebesar 30.249 Mton
"Perseroan memiliki brand influence yang besar di industri timah internasional, diantara produknya yang terdaftar di London Metal Exchange (LME) yaitu Banka dan Kundur," ujarnya.
Ia menambahkan berbanding lurus dengan kondisi di atas, sampai dengan akhir 2018 tercatat penjualan logam timah sebesar 33.818 Mton atau naik 13,05 persen dibandingkan 2017 sebesar 29.914 Mton.
Menurut dia saat ini tata kelola pertimahan di Indonesia semakin membaik, terutama dengan dukungan regulasi dari pemerintah terkait penertiban penambangan illegal dan kewajiban pelaporan neraca cadangan yang teriverifikasi competent person yang bersertifikasi dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi).
"Dukungan regulasi ini tentu berdampak baik terhadap kinerja operasional dan finansial perusahaan dalam meningkatkan produksi dan ekspor ke berbagai negara tujuan ekspor komoditas ini," katanya.