Pangkalpinang, (Antaranews Babel) - Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyatakan perekonomian Babel didominasi dari sektor tambang timah, sehingga pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan mengatur zona penambangan agar produksi sumber daya alam itu tetap stabil.

"Produksi timah yang berkurang tidak hanya mempengaruhi ekspor, tetapi juga laju pertumbuhan ekonomi daerah ini," kata Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel Darwis Sitorus di Pangkalpinang, Rabu.

Ia mengatakan  nilai ekspor Provinsi Kepulauan Babel pada Oktober 2018 sebesar 135,1 juta Dolar Amerika Serikat atau turun 14,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya, karena adanya penurunan ekspor timah 33,69 persen.

"Dalam kondisi tambang timah seperti ini kita pesimis pertumbuhan ekonomi daerah ini untuk mencapai di atas lima persen tidak akan tercapai, bahkan menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,51 persen," ujarnya.

Menurut dia penurunan ekspor timah ini karena adanya penutupan beberapa pabrik pengolahan bijih timah (smelter).

"Kita berharap pemerintah tidak menghentikan tambang ini, mengingat perekonomian daerah ini masih ditunjang dari hasil penambangan bijih timah," katanya.

Ia mendukung pemerintah membagi zona-zona tambang yang lebih baik untuk memperkuat perekonomian masyarakat daerah ini.

"Meski produksi pertanian dan perkebunan meningkat, namun belum mampu meningkatkan ekspor dan laju perekonomian masyarakat daerah ini," ujarnya.

Apalagi, kata dia saat ini harga hasil perkebunan seperti karet, sawit, lada putih belum stabil untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

"Kalau tiba-tiba tambang ini distop, maka akan berdampak buruk terhadap perekonomian daerah ini," ujarnya.
     

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018