Muntok (Antara Babel) - Sejumlah nelayan tambak di Sukal, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung mulai menebar benih kerang darah yang diharapkan mampu menyejahterakan kehidupan warga pesisir di daerah itu.
"Dalam beberapa hari ini sudah mulai ditebarkan. Kami harapkan bisa berkembang dengan baik dalam enam bulan ke depan dan tidak banyak yang mati," ujar Saimok (32), nelayan tambak kerang Dusun Sukal, Kecamatan Muntok saat ditemuai di Dermaga Sukal, Kamis.
Ia menjelaskan, sebagian besar nelayan yang menggeluti usaha pembesaran kerang darah di dusun tersebut melakukan penebaran benih karena saat seperti ini cocok.
"Rata-rata setiap kepala keluarga menebar sekitar 1,5 ton benih kerang yang didatangkan dari Sungsang, Sumatera Selatan. Kerang tersebut akan siap panen setelah berusia sekitar enam bulan," kata dia.
Ia mengatakan, saat ini harga benih sedikit lebih mahal dibanding sebelumnya yaitu Rp1,8 juta per ton, atau naik Rp400.000 per ton dibandingkan musim tebar sebelumnya.
Ia berharap pada saat musim panen nanti harga jual kerang tetap tinggi agar petambak mendapatkan keuntungan sehingga bisa menyejahterakan kehidupan mereka.
"Kami berharap pada musim panen nanti harga tinggi antara Rp8.000 hingga Rp12.000 per kilogram, jangan sampai di harga rendah seperti musim panen raya sebelumnya yang anjlok sampai Rp5.000 per kilogram," kata dia.
Nelayan lain, Rusdi (43) tahun ini menebar benih lebih dari lima ton di tambak yang sudah dikelolanya lima tahun terakhir.
Ia mengatakan, usaha pembesaran kerang darah cukup memberikan harapan meningkatkan kesejahteraan nelayan setempat karena tidak membutuhkan biaya perawatan.
"Modal tidak terlalu besar dan keuntungan lumayan, hanya perlu rajin merawat dengan mengurai kerang yang menumpuk cdi satu tempat, karena jika menumpuk akan mudah mati," kata dia.
Ia mengatakan, kerang darah tidak memerlukan pakan tambahan seperti pada ternak ayam atau sapi. Kerang cukup disebar di dalam jaring yang dibenamkan dalam lumpur, maka kerang akan berkembang dan makan makanan yang ada dalam lumpur tersebut.
"Kalau rajin melakukan perawatan, usaha ini cukup menjanjikan. Kami berharap pada musim penghujan nanti tidak terjadi banjir yang membuat limbah pabrik kelapa sawit merembes ke Sungai Sukal seperti tahun lalu," kata dia.
Ia mengatakan, tahun lalu banyak nelayan mengalami kerugian karena saat arus deras terjadi Sungai Sukal, air berubah menjadi coklat kemerah-merahan yang diduga karena merembesnya limbah pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di dekat sungai itu.
"Kami berharap tahun ini tidak terjadi rembesan limbah lagi karena lebih dari 100 kepala keluarga menggantungkan harapannya pada usaha tambak kerang tersebut," kata dia.