Muntok (Antara Babel) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung mendorong warga menciptakan cinderamata khas daerah yang bisa dijual dengan harga murah untuk menarik wisatawan berkunjung.
"Harga tiket pesawat dari Jakarta-Pangkalpinang cukup mahal, belum lagi transportasi Pangkalpinang-Bangka Barat. Jika kita tidak mampu menyediakan barang-barang murah tentu akan memberatkan wisatawan," ujar Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan dan Informatika Kabupaten Bangka Barat, Rozali di Muntok, Jumat.
Untuk itu ia mengharapkan seluruh perajin cinderamata, kuliner, dan berbagai barang oleh-oleh bisa menyediakan kebutuhan wisatawan dengan harga murah dan terjangkau, namun tetap memperhatikan kualitas.
"Daerah lain bisa menyediakan souvenir dengan harga murah, perajin harus mau belajar dari mereka, kami yakin para pelaku usaha bisa menyiasati itu," katanya.
Secara tupoksi, pihaknya siap membantu dan mendukung upaya tersebut, bahkan untuk pemasaran juga sudah tersedia website milik pemkab yang bisa menampilkan potensi tersebut.
Selain itu, kata dia, majalah bulanan pemkab juga bisa dioptimalkan untuk memajang karya-karya para pelaku usaha kreatif yang ada.
"Kami yakin jika para pelaku usaha rajin, gigih dan tekun, bisnis mereka akan maju dan wisatawan juga akan mendapatkan barang yang diinginkan, bahkan bukan tidak mungkin mereka akan kembali lagi," katanya.
Sementara itu, mantan Kepala Kantor Kecamatan Parittiga Iduwan mengungkapkan masih tingginya harga berbagai cinderamata di daerah itu karena pelaku usaha belum profesional dalam menjalankan usahanya.
"Kopiah resam dijual dengan harga ratusan ribu rupiah, sementara di Kalimantan hanya sekitar Rp40.000 untuk produk sejenis," kata dia.
Menurut dia, perbandingan itu bisa menjadi contoh pelajaran yang perlu ditanamkan kepada para pelaku usaha conderamata atau kerajinan di daerah itu.
Ia menerangkan, masih tingginya harga tersebut karena perajin masih menjadikan sektor itu sebagai sampingan, sehingga untuk membuat satu kopiah resam membutuhkan waktu berbulan-bulan.
"Padahal jika ditekuni dengan sungguh-sungguh dan dijadikan profesi, mungkin untuk menganyam satu buah kopiah hanya membutuhkan waktu satu hari, bahkan jika sudah ahli bisa saja satu hari menghasilkan dua atau tiga anyaman kopiah seperti di Kalimantan," kata dia.
Dengan kondisi seperti itu, dia mengharapkan pemkab setempat melalui instansi terkait bisa melakukan terobosan untuk mendorong kerajinan menjadi salah satu profesi yang menjanjikan.
