Jakarta (Antara Babel ) - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tantowi Yahya
meminta pemerintah tidak mengeluarkan pernyataan provokatif terkait
eksekusi terpidana mati kasus narkoba yang akan membuat situasi semakin
tidak mudah.
"Pemerintah harus menyampaikannya dalam bahasa yang menunjukkan
keprihatinan dan empati tinggi (terkait eksekusi mati)," kata Tantowi
dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan, ke depan eksekusi mati tidak perlu diekspos secara
berlebihan karena bagaimanapun ini menyangkut nyawa manusia dan
kehormatan suatu negara.
Menurut dia, ekspos yang terlalu lama hanya akan menimbulkan diskursus publik yang tidak produktif.
"Kedaulatan hukum kita tegakkan, hubungan bilateral dengan negara-negata sahabat tetap kita jaga dan pelihara," ujarnya.
Namun, dia menegaskan, dalam situasi saat ini, di tengah banyaknya
kecaman dari beberapa negara, DPR RI tetap mendukung sepenuhnya sikap
Pemerintah Indonesia untuk konsisten menjalankan eksekusi mati.
Menurut dia, pemerintah harus tetap konsisten karena hukuman mati adalah bagian dari hukum positif Indonesia.
"Pascaeksekusi para terpidana mati narkoba pada Rabu (29/4) dini
hari, hubungan diplomatik kita dengan beberapa negara sahabat dipastikan
memburuk," ujarnya.
Politikus Partai Golkar itu mengatakan reaksi marah sudah
ditunjukkan oleh PM Australia, rakyat dan pers Australia kepada
Indonesia pascaeksekusi dua warga negara itu, Andrew Chan, dan Myuran
Sukumaran.
Menurut dia, reaksi serupa tentu akan ditunjukkan juga oleh negara-negara lain yang warganya dieksekusi.
"Kita sedang memasuki fase berat dalam rangka penegakan kedaulatan
hukum dan dalam rangka mendapatkan respek dari negara-negara lain,"
katanya.
Dia mengajak seluruh masyarakat Indonesia mendukung sikap konsisten
Pemerintah dan bersama-sama dalam menghadapi reaksi keras dari
masyarakat dunia.