Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Jantung Pembuluh Darah Harapan Kita, dr Ade Meidian Ambari, Sp.JP, menjelaskan bahwa rokok dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular yakni kardiovaskuler akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah di jantung
Dalam diskusi "The Impact of Tobacco Smoking and Risk Cardiovaskular Disease yang diselenggarakan secara daring, ia mengatakan bahwa rokok bertanggung jawab atas 10 persen dari total kasus penyakit kardiovaskuler.
Ia juga mengutip data Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskuler adalah faktor utama kematian secara global karena menyebabkan 17,9 juta kematian setiap tahunnya.
"Dari perspektif pencegahan kardiologi, ini adalah sebuah masalah," kata dalam keterangannya dikutip Selasa.
Saat ini, menurut dia, jumlah perokok Indonesia telah mencapai 65 juta jiwa. Dengan angka yang sangat besar tersebut, Ade menyarankan agar para perokok segera berhenti merokok untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler.
"Sekitar satu atau dua tahun setelah berhenti merokok, terjadi penurunan risiko atau dalam jangka panjang mengurangi risiko gagal jantung, ungkap dia.
Produk Alternatif
Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia, Tikki Pangestu dalam diskusi itu mengatakan, permasalahan rokok harus segera diselesaikan dengan berbagai cara, salah satunya menggunakan cara alternatif bagi pecandu rokok yang kesulitan berhenti.
Tikki mencontohkan bahwa Inggris berhasil menurunkan jumlah perokok berkat cara alternatif. Ia mengutip laporan The England Journal of Medicine yang menyebutkan bahwa ada 20 ribu orang berhenti merokok di Inggris setiap tahunnya.
Efektivitas cara alternatif juga ditunjukkan melalui survei yang dipublikasikan Badan Statistik Inggris. Berdasarkan hasil survei tersebut, angka perokok mengalami penurunan dari 14,4 persen pada 2018 menjadi 14,1 persen pada 2019. Angka perokok Inggris kini 6,9 juta jiwa dengan 3,8 juta perokok pria dan 3,1 juta perokok wanita.
"Jadi ini bukti yang cukup meyakinkan untuk efektivitas dari produk ini, ujarnya.
Menurut dia, produk alternatif telah menerapkan konsep pengurangan risiko dan berdasarkan sejumlah kajian, produk tembakau alternatif mampu menurunkan risiko hingga 90 persen-95 persen daripada rokok konvensional yang dibakar.
"Produk itu penting sebagai bantuan potensial untuk membantu orang berhenti merokok, tegasnya. "Harus ada kemauan dan komitmen politik dengan mempertimbangkan faktor ekonomi serta sosial."
Konsultan Senior Kardiologi Rumah Sakit Manila, Rafael R. Castillo, mengatakan bahwa tembakau alternatif diberdayagunakan sebagai alternatif untuk berhenti merokok, meskipun produk tersebut tidak sepenuhnya bebas risiko.
Menurut dia, mengganti kebiasaan merokok dengan produk tembakau alternatif menciptakan peluang lebih besar untuk sepenuhnya berhenti.
Produk itu dapat dipertimbangkan sebagai solusi untuk perokok berat. Penggunaan produk ini juga menunjukkan penurunan detak jantung yang signifikan dibandingkan dengan rokok, jelasnya.