Toboali (Antara Babel) - Hasil tangkapan udang nelayan di Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menurun karena kondisi air sungai keruh selama musim kemarau.
"Selama musim kemarau air sungai menyusut dan terlihat keruh sehingga hasil tangkapan udang turun drastis," kata salah seorang nelayan Merbau Kelurahan Tanjung Ketapang Tono di Toboali, Kamis.
Ia menjelaskan hasil tangkapan udang hanya sekitar sekilo dibanding saat kondisi air membaik mencapai 7 kilogram per hari.
"Saat ini paling banyak hanya sekitar sekilo dan terkadang tidak mencapai setengah kilogram," katanya.
Ia mengatakan aat tangkap udang ini hanya menggunakan pancing dan harga udang ditingkat pedagang pengumpul sekitar Rp70 ribu hingga Rp90 ribu per kilogram, tergantung ukuran dan kualitas udang.
"Kalau udangnya besar-besar dan berjenis super harganya lebih mahal dibandingkan dengan udang yang kecil atau tidak sesuai dengan ukuran," ujarnya.
Demikian juga, Herman nelayan udang lainnya mengatakan hasil tangkapan berkurang, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
"Nelayan udang berbeda dengan nelayan ikan yang menggunakan tangkap jaring atau pukat, sementara nelayan udang hanya mengandalkan pancing," katanya.
Saat ini, kata dia, hasil tangkapan udang hanya cukup untuk kebutuhan lauk keluarga sendiri.
"Kami hanya berharap kondisi cuaca dan air sungai kembali membaik, sehingga hasi tangkapan udang kembali normal," ujarnya.
