Koba, Babel (ANTARA) - Tim percepatan penurunan stunting (TPPS) Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menggelar pertemuan lintas sektoral untuk mengevaluasi kinerja tahunan penanganan kasus stunting.
"Pertemuan ini melakukan evaluasi kinerja tahunan dan membahas upaya strategis penanganan kasus stunting," kata wakil ketua TPPS Bangka Tengah, Eva Algafry di Koba, Selasa.
Pertemuan lintas sektoral yang dihadiri seluruh camat, kepala desa dan kepala puskesmas se-Bangka Tengah itu, lebih fokus membahas aksi konvergensi, serta review intervensi spesifik dan sensitif percepatan penurunan stunting.
"Sekecil apapun itu temuan kasus stunting, tetap ini persoalan kesehatan, kehidupan dan masa depan kalangan generasi muda yang harus ditangani dengan serius," kata Eva.
Eva berharap sejumlah program yang dibuat TPPS dapat dijalankan secara efektif dan masih hingga ke pelosok desa.
"Jalankan program lebih efektif dan fokus ke desa yang menjadi lokasi stunting agar angka anak stunting dan berpotensi stunting menunjukkan grafik menurun,” ujar Eva.
Kepala Dinas Kesehatan Bangka Tengah, dr Anas Maaruf mengatakan angka kasus stunting (kondisi gagal tumbuh pada anak usia balita) tercatat sebesar 3,31 persen dan angka tersebut turun dibanding tahun sebelumnya 3,40 persen.
Anas menjelaskan, angka prevalensi atau tingkat penyebaran stunting pada balita di Bangka Tengah mencapai 3,31 persen dengan lokus stunting di 13 desa dari enam kecamatan di daerah itu.
Lokus stunting di 13 desa di antaranya Batu Belubang, Belilik, Desa Tanjung Gunung, Lubuk Pabrik, Kulur Ilir, Sungai Selan, Sungai Selan Atas, Sarang Mandi, Romadhon, Tanjung Pura, Keretak Atas, Melabun, dan Kerantai.
"Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun," jelas Anas.