Valletta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly pada Minggu mengatakan mempersenjatai Ukraina untuk mempertahankan diri melawan Rusia adalah jalan paling cepat untuk mencapai perdamaian.
"Seperti semua penguasa otoriter, (Presiden Rusia Vladimir) Putin hanya merespons kekuatan lawan-lawannya," tulis Cleverly di surat kabar Times of Malta menjelang kunjungannya ke Malta pada Selasa (7/2).
Malta, negara pulau di Laut Mediterania, mengambil alih kepresidenan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1 Februari.
Cleverly menambahkan, dia senang bahwa Jerman dan Amerika Serikat telah mau bergabung dengan Inggris dalam pengiriman bantuan tank ke Ukraina.
"Mengirimkan Ukraina alat yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan hal ini adalah jalan tercepat --bahkan satu-satunya--- menuju perdamaian," tulisnya.
Perang di Ukraina diperkirakan akan menjadi topik pembicaraan utama antara Inggris dan Malta, negara yang juga merupakan anggota Uni Eropa (EU).
Malta telah berusaha membantu Ukraina dengan menegakkan sanksi Uni Eropa pada Rusia serta dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan seperti obat-obatan dan generator listrik. Sejumlah kecil tentara Ukraina juga dirawat di rumah sakit milik Malta.
Topik bahasan lain yang mungkin akan muncul selama kunjungan Cleverly adalah hubungan Inggris dengan EU, hubungan dengan negara-negara Afrika Utara, terutama Libya, dan soal migrasi.
Inggris dan Malta --bekas jajahannya-- selama ini memiliki hubungan hangat. Inggris membantu Malta di berbagai bidang, seperti pelatihan militer, penyediaan perawatan kesehatan khusus, dan pendidikan.
Bagi Malta, Inggris adalah sumber pariwisata terbesar dan salah satu mitra dagang utama.
Namun, Direktur Utama Kamar Usaha Kecil dan Menengah Malta Abigail Mamo mengatakan minggu lalu bahwa Brexit (pemisahan Inggris dari EU) telah menjadi "pengalaman yang menakutkan bagi pelaku bisnis Malta".
"Akibat Brexit, cara berbisnis, bahkan untuk merek Inggris di Malta, harus berubah; semuanya tidak senyaman dulu," kata Mamo kepada media lokal.
Sebelumnya pada Senin (23/1), Andriy Yermak, kepala staf Presiden Volodymyr Zelenskyy, mengatakan Ukraina membutuhkan beberapa ratus tank dari negara-negara Barat sekutunya untuk melancarkan serangan balik dan merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia.
Sumber: Reuters