Pangkalpinang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memasifkan edukasi pola asuh anak, guna menekan pernikahan usia dini yang merupakan faktor utama terjadinya kasus stunting di daerah itu.
"Saat ini pernikahan usia dini masih tinggi, karena pemahaman masyarakat khususnya ibu muda terhadap pola asuh anak yang cukup rendah," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Administrasi Kependudukan Pencatatan Sipil dan Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3CSKB) Babel Asraf Suryadin di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan kegiatan edukasi pola asuh anak untuk mencegah pernikahan dini lebih masifkan ke masyarakat, remaja, sekolah di perkotaan dan perdesaan, agar para orang tua lebih paham dan menjaga anak-anaknya dengan hal-hal tidak baik yang akhirnya mereka melakukan pernikahan.
"Edukasi ini tidak hanya mencegah pernikahan dini, stunting tetapi juga anak putus sekolah," katanya.
Ia menyatakan saat ini pernikahan usia dini di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah mulai menurun. Angka penikahan dini 2023 Provinsi Kepulauan Babel berada diangka 7,5 persen dibandingkan 2022 sebesar 17,8 persen dari total pendudukan 1,5 juta jiwa.
"Alhamdulillah, sekarang rangking pernikahan usia di Babel sudah berada diurutan 20 nasional. Semakin urutan rangkingnya maka itu semakin baik," katanya.
Menurut dia pernikahan dini ini rata-rata merupakan anak-anak putus sekolah tingkat SMA, SMP bahkan SD.
"Kebanyakan anak putus sekolah ada di daerah perdesaan, sementara perkotaan sudah kurang karena pemahaman pola asuh orang tua di perkotaan sudah baik," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya akan lebih menggenjot sosialisasi edukasi pola asuh anak ini di daerah-daerah perdesaan untuk mencegah anak putus sekolah dan pernikahan dini ini," katanya.