Pangkalpinang (ANTARA) - Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) angka pernikahan dini di Bangka Belitung pada 2019 sebanyak 15,48 persen atau urutan ke-11 dari 34 provinsi. Dan pada 2020 juga menurun menjadi 14,05 persen hingga di 2021 turun lagi menjadi 9,23 persen.
Keberhasilan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menekan jumlah pernikahan dini berkat adanya perhatian bersama antara pemerintah provinsi dan pemerintah daerah karena hal ini tidak menjadi tanggung jawab salah satu dinas saja, namun sinergisitas antar dinas/instansi terkait.
BKKBN sendiri mengambil bagian utama dalam menekan angka pernikahan dini. Salah satu kegiatan yang menjadi fokus BKKBN untuk mengatasi masalah tersebut melalui program Generasi Berencana (GenRe) dan Bina Keluarga Remaja (BKR).
Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN RI bekerjasama dengan John Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP) melalui Skata (www.skata.info) pada tahun 2019 lalu meluncurkan “1001 Cara Bicara Orangtua dengan Anak Remaja”.
Peluncuran ini merupakan bagian dari upaya panjang BKKBN untuk meningkatkan kedekatan orangtua dan anak remaja.
Dalam rangka tindak lanjut dari peluncuran Skata dan meningkatkan cara komunikasi orang tua dengan anak remaja, Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyelenggarakan kegiatan Workshop 1001 Cara Bicara Orang Tua dengan Remaja yang diselenggarakan di Sun Hotel Pangkalpinang dari 21 s/d 23 Agustus 2024.
Peserta sebanyak 35 orang, terdiri dari kader BKR Lokus ProPN (Program Prioritas Nasional), pengelola program Ketahanan Remaja di OPD KB Kabupaten/Kota, dan Penyuluh KB yang tersebar di enam kabupaten dan satu kota di Kepulauan Bangka Belitung.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, M. Irzal sambutannya mengatakan melalui paket materi ini orangtua memiliki inspirasi untuk menemukan cara yang tepat tentang bagaimana harus berkomunikasi dengan anak remajanya.
Buku, modul, video, dan bahkan kelengkapan bermain seperti kartu dan jurnal orangtua merupakan seperangkat alat bantu yang dapat membantu orangtua untuk mengembalikan perannya.
“Komunikasi keluarga yang semakin baik, maka semakin jarang pula remaja melakukan penyimpangan seperti pernikahan di usia dini. Pernikahan dini tidak hanya akan berdampak terhadap tingginya angka perceraian, stunting, kematian ibu dan anak, tetapi juga berdampak terhadap peningkatan angka kemiskinan,” ujar Irzal.
Berita Terkait
BKKBN paparkan 5 pasti & 5 standar baru Audit Kasus Stunting 2024
20 November 2024 14:10
Kemendukbangga dan Kemensos Sepakat Bersinergi Program dan Mewujudkan Satu Data
6 November 2024 21:32
BKKBN Bangka Belitung pantau petugas percepatan penurunan stunting di Belitung
30 Oktober 2024 19:52
Perkuat koordinasi, BKKBN Babel monev PPS di Belitung
29 Oktober 2024 21:22
BKKBN pantau penanganan stunting di Bangka Barat
22 Oktober 2024 23:23
BKKBN Babel gandeng kampus dampingi penanganan stunting Bangka Barat
22 Oktober 2024 23:10