Jakarta (ANTARA) - Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan UI Hening Pujasari mengatakan meski dapat mengeratkan hubungan, kebiasaan "sleep call" yang sedang tren di kalangan remaja dan dewasa dapat berdampak negatif pada kualitas istirahat.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu, Hening menjelaskan bahwa paparan sinar ultraviolet dari gawai yang diletakkan di sekitar kepala dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang membuat rasa kantuk. Selain itu, ujarnya, suara yang muncul melalui gawai dapat mendistraksi tidur.
"Padahal, untuk mendapatkan benefit dari tidur atau tidur yang memulihkan (restoratif), selain durasi dan kedalaman, kita perlu tidur yang utuh tidak terputus-putus," ujarnya.
Hal itu dia sampaikan saat memberikan edukasi tentang tidur pada siswa SMP dan SMK di Kampung Ilmu, Tegal Waru, Purwakarta.
Dia menjelaskan, "sleep call" menjadi salah satu tren baru di kalangan orang dewasa dan remaja ketika menjalin hubungan spesial jarak jauh dengan seseorang, di mana mereka melakukan panggilan video atau suara dengan gawai pintar sesaat menjelang, dan/atau bahkan hingga keduanya tertidur.
Hening juga mengatakan, kebiasaan tidak sehat lain yang banyak dilakukan remaja adalah main gawai hingga larut malam, baik untuk bermain gim, scrolling media sosial, atau menonton.
"Untuk mendapatkan tidur yang memulihkan, 1-2 jam sebelum tidur perlu sudah berhenti main gawai. Jadi, jika akan tidur pukul 22.00 dianjurkan maksimal pukul 21.00 sudah tidak memakai gawai, jika bisa 2 jam sebelumnya, akan manfaat lebih baik lagi," ujarnya.
Edukasi kesehatan tentang tidur merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat UI, yang merupakan hasil kerja sama Fakultas Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, serta Fakultas Kedokteran Gigi, yang dilaksanakan pada Rabu (17/7).
Selain edukasi kesehatan tentang tidur, Tim dari FIK UI juga melakukan edukasi kesehatan secara umum antara lain tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, kebersihan dan kesehatan kulit, Hipertensi, Diabetes Melitus, Osteoatritis, dan Osteoporosis.
UI juga memberikan pemeriksaan kesehatan bebas biaya serta mengajak masyarakat untuk latihan Senam Kaki Diabetes. Masyarakat yang hadir terdiri dari semua kelompok dari mulai anak usia Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Kejuruan, dewasa, ibu, dan lansia.