Pangkalpinang (ANTARA) - Direktur Utama PT Timah Tbk Ahmad Dani Virsal menyerahkan bantuan BPJS Ketenagakerjaan bagi nelayan tradisional Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, guna memberikan perlindungan jaminan sosial warga pesisir daerah itu.
"BPJS Ketenagakerjaan ini untuk memberikan rasa aman dan perlindungan bagi nelayan yang bekerja di laut dengan risiko tinggi," kata Ahmad Dani Virsal dalam keterangan pers diterima LKBN ANTARA Babel di Pangkalpinang, Senin.
Ia mengatakan mengawali 2025 ini, PT Timah memfasilitasi 84 Nelayan Kabupaten Belitung Timur untuk mendapatkan perlindungan jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan, sebagai komitmen PT Timah Tbk dalam memberikan jaminan sosial bagi nelayan di lingkungan operasional perusahaan.
"Bantuan program perlindungan jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan yang fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi mereka yang berprofesi di sektor informal seperti nelayan," ujarnya.
Departement Head Corporate Communication PT Timah Anggi Siahaan mengatakan fasilitasi BPJS Ketenagakerjaan bagi kelompok nelayan merupakan upaya perusahaan untuk memberikan perlindungan jaminan sosial bagi nelayan.
"Perusahaan memahami bahwa pekerjaan sebagai nelayan memiliki risiko tinggi, mulai dari kecelakaan kerja hingga risiko di laut. Dengan adanya perlindungan BPJS Ketenagakerjaan, Perusahaan berharap para nelayan dapat bekerja dengan lebih tenang dan memiliki jaminan sosial yang dapat mereka manfaatkan ketika dibutuhkan," ujarnya
Suherman, salah satu nelayan yang menerima bantuan program BPJS ketenagakerjaan ini sangat berterimakasih kepada PT Timah, yang sudah peduli dengan para nelayan yang ada di Desa Gantung dan sekitarnya.
“Kami sangat berterima kasih PT Timah yang sangat peduli kepada nelayan sehingga dengan diberikannya bantuan BPJS ketenagakerjaan ini memberikan ketenangan bagi kami nelayan dan keluarga,” ujarnya.
Menurutnya, pekerjaan sebagai nelayan miliki risiko yang cukup tinggi, sebab 80 persen nelayan bekerja di laut yang cuacanya tidak bisa diprediksi.
“Bekerja sebagai nelayan itu memiliki risiko yang luar biasa, karena fakor kecelakaan kalau dihitung persen sekitar 80 persen, karena kami berhadapan dengan gelombang, angin kencang dan cuaca di laut yang tidak menentu dan tidak bisa diprediksi,” jelasnya.