Pangkalpinang (ANTARA) - Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Sugito menyerahkan miniatur kapal tradisional masyarakat nelayan Kepulauan Babel kepada pengelola Museum Bahari Jakarta (MKJ), sebagai upaya penguatan promosi wisata bahari di Negeri Serumpun Sebalai itu.
"Miniatur kapal ini merupakan sebuah simbol kecil namun bermakna sangat besar," kata Sugito dalam keterangan pers diterima di Pangkalpinang, Babel, Kamis.
Ia mengatakan penyerahan miniatur kapal tradisional Bangka Belitung kepada Unit Pengelola Museum Bahari Jakarta pada Kamis (10/4) di Jakarta Utara ini untuk mengingatkan semua pihak agar tidak melupakan sejarah bahwa nenek moyang orang Indonesia sebagai pelaut itu memang benar adanya.
"Kapal tradisional ini bukan hanya alat transportasi atau sarana mencari nafkah bagi masyarakat pesisir, tetapi adalah warisan budaya identitas lokal, serta bukti nyata dari kebijaksanaan dan kearifan masyarakat bahari dalam menjalani hidup berdampingan dengan alam," ujarnya.
Menurut dia, melalui momen ini, dirinya ingin berkontribusi dalam penguatan promosi wisata bahari berbasis masyarakat dan kearifan lokal, karena Bangka Belitung bukan hanya memiliki pantau yang indah dan pulau eksotis, tetapi juga menyimpan sejarah panjang kebudayaan laut, dari seni pembuatan perahu, ritual nelayan, kuliner khas pesisir, hingga sistem adat dalam pengelolaan laut secara lestari.
"Kami percaya bahwa wisata bahari yang baik bukan hanya menjual pemandangan, tetapi juga mengangkat cerita dan nilai di baliknya. Salah satu caranya adalah dengan mengabadikan artefak-artefak lokal seperti miniatur kapal tradisional ini di Museum Kebaharian yang menjadi etalase kekayaan laut Indonesia," jelasnya.
Ia berharap dengan hadirnya miniatur di Museum Kebaharian Jakarta, masyarakat luas dapat lebih mengenal kearifan bahari Bangka Belitung.
"Semoga hal ini juga menjadi pemantik semangat bagi generasi muda untuk mencintai menjaga, dan mengembangkan warisan budaya leluhur dalam bingkai ekonomi kreatif dan pariwisata berkelanjutan," harapnya.
Ia menginginkan agar penguatan promosi wisata bahari di Babel berpijak pada kearifan lokal dan peran aktif masyarakat. Hal ini agar wisatawan yang datang juga bisa memahami budaya lokal, ikut merasakan pengalaman hidup masyarakat pesisir, serta turut mendukung perekonomian lokal.
"Melalui pendekatan ekonomi maritim yang inklusif, dimana masyarakat lokal menjadi pelaku utama, maka ketahanan ekonomi dan ketahanan pangan lokal juga turut menguat. Masyarakat yang sejahtera secara ekonomi akan lebih mampu mengelola sumber daya laut dengan bijak, menjaga keberlanjutan ekosistem, dan tidak semata-mata bergantung pada eksploitasi hasil laut," katanya.