Jakarta (ANTARA) - Harga Bitcoin menembus level 93.000 dolar AS, naik lebih dari 5 persen hanya dalam 24 jam terakhir.
Analis perusahaan jual beli aset kripto Reku, Fahmi Almuttaqin menilai performa solid pasar kripto dipicu oleh kabar positif dari dinamika perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
“Kenaikan ini pun turut diikuti oleh sejumlah altcoin dan meme coin seperti Ethereum yang terapresiasi sebesar 13 persen di level 1,784 dolar AS, Solana naik 20 persen di level 151 dolar AS, serta DOGE yang turut menghijau 18,77 persen,” ujar Fahmi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Selain itu, saham-saham AS juga pulih signifikan, setelah indeks utama seperti S&P 500 dan Nasdaq terkoreksi lebih dari 2 persen sehari sebelumnya. Namun di sisi lain, emas justru terkoreksi sekitar 1 persen dari level tertingginya.
Sebagaimana diketahui dalam pidato terbarunya, Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa tarif impor sebesar 145 persen terhadap China akan dikurangi secara substansial.
Pernyataan tersebut disambut oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang menyebut kebijakan tarif saat ini sebagai bentuk embargo dagang yang tidak berkelanjutan, seraya menyampaikan harapan akan terjadinya de-eskalasi dalam waktu dekat.
“Namun, beberapa pertimbangan mengisyaratkan bahwa reli ini bisa saja turut membawa risiko penurunan harga kembali,” kata Fahmi.
Menurut Fahmi, sentimen positif terhadap pelonggaran tensi dagang dua ekonomi terbesar dunia itu mendorong lonjakan minat terhadap aset berisiko, termasuk kripto.
Penguatan serempak ini menandakan bahwa investor tengah memanfaatkan momentum jangka pendek untuk mendulang keuntungan.
“Selain dikarenakan banyak aset berada di kondisi jenuh jual, hal ini disebabkan oleh kebanyakan meme coin dengan kapitalisasi pasar yang cukup besar, secara umum cenderung memiliki kekuatan likuiditas dan volume perdagangan yang tinggi,” jelasnya.
Kedua faktor tersebut akan memudahkan investor untuk keluar dari posisi yang diambilnya di tengah momentum yang ada jika sentimen positif yang ada dirasa mulai meredup.
Meski demikian, hal itu bukanlah satu-satunya kemungkinan yang bisa terjadi.
“Seperti yang kita tahu, minat investor ritel terhadap meme coin di berbagai negara cukup besar. Semakin banyaknya investor dan traders yang bergabung dengan tren yang ada dapat menahan reli untuk berlangsung lebih lama,” tambah Fahmi.
Tak hanya didorong oleh kabar geopolitik, pasar kripto juga mendapatkan dorongan dari meningkatnya permintaan institusional terhadap Bitcoin.
Data Coinglass mencatat, aliran dana masuk bersih ke ETF Bitcoin spot mencapai 381 juta dolar AS pada 21 April 2025 dan melonjak menjadi 719 juta dolar pada 22 April 2025.
Angka ini menjadi sinyal kuat bahwa kepercayaan institusi mulai pulih dan berpotensi memperkuat reli jangka menengah.
Meski demikian, Fahmi mengingatkan bahwa kenaikan harga belum sepenuhnya mencerminkan penguatan fundamental pasar kripto.
Ia menyebut bahwa total nilai terkunci (total value locked / TVL) di berbagai platform DeFi masih rendah, mengindikasikan bahwa investor kripto sejati masih berada dalam posisi menunggu (wait and see).
“Kenaikan Bitcoin saat ini mencerminkan respon cepat pasar terhadap katalis makro, terutama kabar positif terkait geopolitik dan suku bunga. Pertimbangan tersebut turut berpotensi menjadi faktor yang dapat membuat para investor lebih waspada dalam reli kali ini, terlebih dinamika tarif AS ini telah berlangsung selama beberapa pekan sejak pertama kali mencuat,” imbuhnya.
Lebih lanjut, arah kebijakan bank sentral AS (The Fed) juga akan menjadi kunci terhadap sentimen pasar dalam waktu dekat.
Trump diketahui tengah mendorong penurunan suku bunga sebagai strategi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi domestik.
Namun, di tengah tekanan inflasi yang masih tinggi dan potensi lonjakan harga akibat tarif impor, langkah itu dinilai berisiko oleh sebagian pelaku pasar.
“Penurunan suku bunga di tengah kondisi inflasi yang ada saat ini dan potensi kenaikan inflasi di masa depan imbas telah diberlakukannya tarif impor AS dapat sangat mengkhawatirkan bagi investor yang menyimpan asetnya di instrumen seperti uang fiat atau bahkan mungkin juga surat hutang,” tutur Fahmi.
Hal itu jika terjadi dapat memicu kenaikan harga besar-besaran di pasar kripto dan saham AS.
Di tengah ketidakpastian tersebut, investor disarankan mulai mempersiapkan strategi menghadapi potensi reli lanjutan.
Menurut Fahmi, investor berpengalaman dapat memanfaatkan situasi ini dengan mengelola portofolionya secara lebih aktif. Sedangkan bagi investor pemula, saat ini masih belum terlambat untuk memulai investasi di pasar kripto dan saham AS.
“Bagi investor yang ingin mengoptimalkan keuntungan, maka strategi pengelolaan portofolio secara lebih aktif semakin menarik untuk dipertimbangkan di situasi seperti ini. Sementara bagi investor pemula, saat ini belum tergolong telat untuk mulai berinvestasi kripto dan saham AS,” tambahnya.
Untuk mempermudah diversifikasi, Fahmi merekomendasikan fitur Packs dari platform Reku.
Fitur ini memungkinkan investor membeli kumpulan aset kripto utama seperti Bitcoin, Ethereum, Solana, dan XRP, maupun ETF saham AS berkinerja unggul, hanya dengan minimal investasi Rp200.000.
Sistem rebalancing otomatis juga turut membantu investor menjaga alokasi aset tetap optimal sesuai kondisi pasar.