Makassar (Antara Babel) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan kementeriannya menargetkan 75
perguruan tinggi bisa memperoleh Akreditasi A di 2017, melebihi sasaran
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
"Ada 4.530 perguruan tinggi di Indonesia dan baru 54 memperoleh
Akreditasi A. Target saya jika sesuai RPJMN sudah tercapai, mau saya
bisa 75 yang dapat Akreditasi A," kata Menristekdikti dalam rangkaian
kegiatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2017 di
Makassar, Rabu.
Keinginannya mendorong semakin banyak universitas terakreditasi A
agar bisa segera membawa perguruan tinggi Indonesia masuk peringkat 500
besar dunia.
"Targetnya lima perguruan tinggi masuk daftar 500 besar dunia di
2019. Nanti di 2018, Universitas Indonesia dan Institut Teknologi
Bandung bisa masuk 250 besar, Universitas Gadjah Mada bisa masuk 300
besar, Institut Pertanian Bogor dan Universitas Airlangga bisa masuk 500
besar," ujar Nasir.
Ia meminta Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) untuk
terus mendampingi perguruan tinggi meningkatkan akreditasinya.
"Saya harap para rektor dan wakil rektor juga berpartisipasi,
karena kita mau daya saing bangsa meningkat. Termasuk berpartisipasi
dalam memperoleh akreditasi internasional untuk program studinya,"
lanjutnya.
Kerja sama Ditjen Belmawa dengan lembaga-lembaga akreditasi
internasional juga penting sebagai usaha memajukan perguruan tingginya
agar diakui negara lain.
Syarat yang harus dipenuhi kaitan untuk
memperoleh akreditasi internasional, seperti memperbanyak mobilitas
staf pengajar atau profesor luar bekerja sama dengan perguruan tinggi
dalam negeri.
"Mereka paling tidak tinggal di sini satu hingga dua tahun di
Indonesia. Kita perlu benahi regulasinya, kita ingin lulusan perguruan
tinggi tidak hanya sekadar lulus tapi terserap oleh pasar dalam negeri
maupun luar negeri ujar Nasir.
Sejauh ini baru lima universitas yang memiliki program studi
terakreditasi internasional, tiga dipegang Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
dan dua Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Karenanya, menurut
Dirjen Belmawa Intan Ahmad, seminar dan workshop internasional dengan
badan akreditasi asing seperti yang dilakukan dalam rangkaian Hakteknas
ke-22 ini menjadi salah satu cara memperkenalkan kepada PTN dan PTS di
Indonesia pentingnya memiliki program studi terakreditasi internasional.
International Seminar and Workshop on Strengthening The
Outcomes-Based Internal Quality Assurance System di Makassar, menurut
dia, sengaja menghadirkan beberapa pembicara dari lembaga akreditasi
maupun universitas asing. Ini menjadi tempat bertukar pengalaman dalam
memperoleh akreditasi internasional.
Beberapa pembicara antara lain Manager Quality Assurance Strategy
at The New Zealand Qualification Authority (NZQA) Prof Eve McMahon,
Australian University Quality Agency (AUQA) Prof Karen Treloar, Murdoch
University Prof Lyn Karstadt, ahli dari ASEAN University Network-Quality
Assurance Dr Jhonson Ong Che Bin dan De LA Salle University Philippines
Prof Dr Raymund Sison.
Sedangkan narasumber dalam negeri berasal dari Badan Akreditasi
Nasional (BAN-PT), Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi
Kesehatan Indonesia (LAM-PT KES), Universitas Islam Indonesia (UII) dan
Universitas Bina Nusantara (Binus).