Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat masih ada delapan desa di wilayah setempat mengalami masalah stunting.

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Pendudukan dan Keluarga Berencana Bangka Selatan, Supriyadi di Toboali, Rabu mengatakan secara keseluruhan wilayah Bangka Selatan masih aman, namun ada beberapa desa masih mengalami kasus stunting yang cukup berbahaya.

"Kalau dari penilaian keseluruhan terkait stunting Basel masih aman, namun delapan desa seperti Desa Tepus, Sidoharjo, Pongok, Payung, Serdang, Jelutung II, Gudang dan Sebagian masih mengalami permasalahan stunting," kata dia.

Ia menjelaskan dari delapan desa yang masih mengalami permasalahan stunting yang paling berbahaya di Desa Sidoharjo dengan angka pravalensinya mencapai 48,8 persen dan disusul Desa Tepus diurutan kedua yang mencapai pravelensi sebesar 43,8 persen.

"Stunting merupakan sebuah kondisi dimana tubuh anak-anak balita kekurangan gizi sehingga anak bersangkutan akan mengalami kondisi tubuh yang pendek.Selain mengalami kondisi tubuh yang pendek dan tidak sesuai, stunting juga dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh," ujarnya.

Selain itu, Stunting juga memiliki dampak lainnya seperti gangguan interaksi sosial, gangguan kognitif serta penyakit tidak menular yang dirasakan oleh balita yang alami stunting.

Pewarta: Eko SR

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019