Sungailiat (Antara Babel) - Desa Kota Kapur di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dinilai layak memiliki museum sejarah karena desa yang berlokasi di wilayah barat kabupaten itu memiliki prasasti sejarah tahun 1892 Masehi.
Kepala Desa Kota Kapur, Makmun, di Sungailiat, Jumat, mengakui di desanya itu layak dibangun sebuah meseum sejarah, apalagi selama ini juga telah menjadi pusat informasi pendidikan sejarah sekaligus destinasi wisata.
"Museum itu nantinya dapat bermanfaat sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan nasionalisme melalui dunia pendidikan," ujarnya.
Dari catatan sejarah, jelas Makmun, prasasti Desa Kota Kapur sangat erat kaitannya dengan perairan Selat Bangka yang sering dilintasi oleh kapal-kapal termasuk milik asing, prasasti ini pernah tertimbun tanah karena tidak dirawat.
"Baru pada tahun 1892 Masehi prasasti ini ditemukan JK Fander Meulend, orang Belanda yang pada waktu itu menjabat sebagai administrator di Sungai Selan," katanya.
Prasasti ini terletak di pinggir Sungai Mendo yang bermuara di Selat Bangka. Pahatan pada prasasti berjumlah sepuluh baris dengan menggunakan aksara Pallawa dalam bahasa Sansekerta.
"Pada tahun 1978 di areal situs ditemukan alas prasasti oleh penduduk Desa Kota Kapur. Alas prasasti memiliki panjang 30 cm, lebar 52 cm dan berat kurang lebih tujuh kilogram. Di area ini sudah dua kali diadakan penelitian oleh Tim Arkeologi Nasional bekerja sama dengan Tim Arkeologi dari Prancis yakni pada 1994 dan 1995," katanya.
Dia menambahkan, untuk mewujudkan rencana dibangunnya meseum itu pihaknya akan melakukan koordinasi baik dengan pemerintah kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat melalui kementerian terkait.
"Desa Kota Kapur selain memiliki potensi wisata sejarah juga memiliki kekayaan alam seperti pertanian, perkebunan dan perikanan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
Kepala Desa Kota Kapur, Makmun, di Sungailiat, Jumat, mengakui di desanya itu layak dibangun sebuah meseum sejarah, apalagi selama ini juga telah menjadi pusat informasi pendidikan sejarah sekaligus destinasi wisata.
"Museum itu nantinya dapat bermanfaat sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan nasionalisme melalui dunia pendidikan," ujarnya.
Dari catatan sejarah, jelas Makmun, prasasti Desa Kota Kapur sangat erat kaitannya dengan perairan Selat Bangka yang sering dilintasi oleh kapal-kapal termasuk milik asing, prasasti ini pernah tertimbun tanah karena tidak dirawat.
"Baru pada tahun 1892 Masehi prasasti ini ditemukan JK Fander Meulend, orang Belanda yang pada waktu itu menjabat sebagai administrator di Sungai Selan," katanya.
Prasasti ini terletak di pinggir Sungai Mendo yang bermuara di Selat Bangka. Pahatan pada prasasti berjumlah sepuluh baris dengan menggunakan aksara Pallawa dalam bahasa Sansekerta.
"Pada tahun 1978 di areal situs ditemukan alas prasasti oleh penduduk Desa Kota Kapur. Alas prasasti memiliki panjang 30 cm, lebar 52 cm dan berat kurang lebih tujuh kilogram. Di area ini sudah dua kali diadakan penelitian oleh Tim Arkeologi Nasional bekerja sama dengan Tim Arkeologi dari Prancis yakni pada 1994 dan 1995," katanya.
Dia menambahkan, untuk mewujudkan rencana dibangunnya meseum itu pihaknya akan melakukan koordinasi baik dengan pemerintah kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat melalui kementerian terkait.
"Desa Kota Kapur selain memiliki potensi wisata sejarah juga memiliki kekayaan alam seperti pertanian, perkebunan dan perikanan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017