Pangkalpinang (ANTARA) - Rintak kue yang terbuat dari santan kelapa, gula yang ditaburi wijen ini cocok jadi cemilan. Kue khas Bangka yang menggunakan proses pemanggangan ini memiliki cita rasa yang unik. Teksturnya yang rapuh saat masuk mulut membuat rintak menjadi kue yang disukai berbagai kalangan.
Ternyata membuat kue rintak inip terbilang susah-susah gampang. Jika tak pas, bisa jadi adonan kue ini gagal yang membuat teksturnya jadi tak rapuh.
Begitulah cerita Zami, UMKM yang belakangan membuat kue Rintak. Saat dikunjungi beberapa waktu lalu, perempuan berusia 53 tahun ini tengah membuat adonan kue rintak. Tangannya dengan telaten menguleni adonan, mencetak kue rintak ukuran sedang, menaburi wijen untuk menambah cita rasa dan memasukkannya ke dalam pemanggangan yang tak jauh dari meja tempat dirinya membuat adonan.
Bau harum menyerbak saat kue rintak diangkat dari pemangganggan. Bentuknya yang mengembang membuat tak sabar untuk melahap kue berwarna cokelat ini.
"Susah-susah gampang buatnya, kalau enggak pas bisa jadi keras, kadang terlalu kental, kadang terlalu cair. Saya yang sudah sering buat saja kadang masih ada saja yang tidak pas. Tapi saya coba terus karena kue rintak ini unik," ujar Zami sambil mencetak kue.
Menurutnya, tak ada resep khas atau turun temurun dari keluarganya dalam membuat kue rintak. Ia mempelajarinya secara otodidak dari rekannya, namun rajin mempraktikannya. Alhasil kue rintak dengan brand Bu Zami ini memang enak dicicipi.
Zami mulai menambah produk kue rintak ini pada pertengahan 2020 lalu. Sebelumya zami membuat abon atau sambelingkung. Namun, kini Zami menambah varian produknya. Produk Zami beragam, dan semuanya merupakan makanan khas Bangka.
"Dari 2012 saya mulai membuat sambelingkung untuk dijual. Sempat vakum lalu mulai kembali. Kemarin mulai kembali dan menjadi mitra binaan PT Timah, makanya saya menambah produk kue rintak. Karena sambelingkung ini lama perputaran uangnya," katanya.
Setelah mendapatkan kucuran modal dari PT Timah melalui dana bergulir kemitraan, Zami mulai membeli peralatannya untuk membuat kue rintak sebagai produk barunya.
"Dana bergulir PT Timah ini saya pakai buat beli peralatan ini. Alhamdullilah sekarang hasilnya lumayan. Omsetnya juga lumayan walau pandemi, karena kalau lagi enggak buat kue rintak saya terima pesanan pempek juga dan beberapa makanan bangka lainnya," ceritanya.
Meski pandemi, omset Zami tak terlalu berpengaruh, pasalnya Ia telah memasarkan produknya melalui secara online. Bahkan kue rintak kini tak hanya dinikmati orang Bangka saja.
Selain menitipkannya di toko oleh-oleh, zami menjual produknya ke beberapa Provinsi dan memiliki reseller di Palembang, Bandung, Manado, dan Jakarta.
"Saya dibantu anak jualan online, banyak peminatnya kue rintak ini. Dampak pandemi memang ada, tapi karena kita jualan online jadi tetap ada pembeli. Selain itu, dirinya juga menitipkan produknya di Tins Gallery milik PT Timah," katanya.
Menurutnya, dengan menjadi mitra binaan PT Timah banyak hal yang didapatkannya, selain mendukung usaha mereka juga diberikan pelatihan untuk mengembangkan produknya, dibantu pemasaran hingga diajak pameran.
"Banyak lah yang saya dapatkan menjadi mitra binaan PT Timah, yang jelas ini menunjang usaha UMKM dan saya sangat terbantu. Semoga nanti saya diberikan pelatihan lagi, semoga program ini terus berjalan dan para pelaku UMKM dapat mengembangkan produknya," katanya.
Disinggung kenapa produknya semuanya makanan khas Bangka, menurutnya Ia ingin menjadi bagian dari melestarikan makanan Bangka Belitung.
"Saya bangga menjadi bagian dari mempromosikan dan melestarikan kue lokal agar banyak dikonsumi orang luar. Makanya saya terus mempertahankan ke orisinilan kue Rintak," tutupnya.