Pangkalpinang (ANTARA) - Penjabat Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Suganda Pandapotan Pasaribu mengajak berkolaborasi untuk mencari solusi terkait TPA Parit Enam.
"Salah salah satu warga menghampiri saya dan menyampaikan keluh kesah berkenaan dengan bau sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Parit Enam," kata Pj Gubernur Suganda di Pangkalpinang, Selasa.
Ia mengatakan mendegar informasi itu langsung bergerak meninjau kondisi yang disampaikan oleh warga.
"Sesampainya di TPA Parit Enam, Pj Gubernur melihat tumpukan sampah yang sudah menggunung. Bahkan, sebagian tumpukan sampah yang menggunung turun ke bawah memenuhi jalan, sehingga mengganggu kenyamanan pengguna jalan," katanya.
Selanjutnya ia mendatangi para petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pangkalpinang. Salah satu petugas penjaga TPA Parit Enam A. Kadir menjelaskan kondisi tempat pembuangan saat ini.
"TPA Parit Enam sudah overload, atau melebihi kapasitas. Alhasil, kondisi ini menimbulkan efek negatif seperti menyebabkan aroma bau yang menyengat," katanya.
Menurut dia sebenarnya sudah lama ini penuh, tetapi tempatnya (penampungan lain) yang tidak ada, Pak. Bagaimana lah, Pak ke depan, sebab tempat sampah ini tidak mengizinkan lagi karena tempat ini sudah penuh, full," katanya.
Sementara itu usai meninjau TPA Parit Enam, Pj Gubernur Suganda mendapatkan beberapa poin penting terhadap persoalan ini. Untuk itu, permasalahan tersebut harus segera diselesaikan secepatnya sesuai persyaratan Amdal yang baik, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan pencemaran lainnya secara berlarut.
"Kalau kita lihat sampah ini dianggap sepele. TPA ini sangat penting. Ini kan sudah menjadi gunung, kalau enggak ada TPA, sampah ke mana-mana larinya. Tetapi, TPA ini juga harus dikelola lebih, kalau tidak ada perhatian dari kita bersama, lama-lama ini akan menjadi sarang penyakit," katanya.
Ia menambahkan akan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Kolaborasi menjadi upaya untuk bersama-sama mencari solusi terbaik menghadapi produksi sampah per hari yang menyentuh 160 ton per hari, sehingga akan mengurangi pencemaran lingkungan.
"Mudah-mudahan nanti kita akan koordinasi dengan pihak-pihak terkait bagaimana kita menyelesaikan masalah sampah ini. Apabila ini dibiarkan akan merusak lingkungan, dan kita semua akan terdampak. Anak-cucu kita tidak bisa menikmati lingkungan yang bersih dan sehat," katanya.
Dari peninjauannya Suganda melihat tempat pengelolaan atau fermentasi sampah organik. Salah satunya pengelolaan pohon dan daun hasil penebangan yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar PLTU oleh PLN. Proses ini kata Suganda dapat menjadi strategi pengelolaan sampah yang efektif.
"Strateginya paling seperti tadi, ada sampah-sampah organik. Mungkin tempat-tempat sampahnya itu sudah dipisahkan mana sampah organik, mana yang anorganik, sehingga nanti kalau dibawa ke TPA itu sudah terpisahkan, sehingga ada manfaatnya, atau juga mungkin ada teknologi yang bisa digunakan terkait sampah," katanya.