Pangkalpinang (Antara Babel) - Pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesi (HNSI) berserta nelayan tradisional Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, Sabtu, mendatangi kapal isap timah di Pantai Pasir Padi untuk menyatakan keberatan sebab mengganggu daerah penangkapan ikan mereka.
"Pada intinya nelayan tradisional khususnya nelayan kapal tempel menolak kapal isap timah tersebut karena penambangan tersebut berdampak langsung terhadap hasil tangkapan ikan dan kesejahteraan nelayan," kata Ketua HNSI Kota Pangkalpinang, Dedi di Pangkalpinang.
Ia mengatakan, berdasarkan pantauan, tiga unit kapal isap timah tersebut sedang beroperasi mengisap pasir timah di dasar laut dan HNSI juga melihat cara kerja dan tumpukan bijih timah hasil penambangan yang menggunakan kapal tersebut.
"Kami tidak tahu, kapal-kapal tersebut sudah beroperasi di perairan penangkapan ikan nelayan tempel tersebut," ujarnya.
Menurut dia, saat ini, seluruh nelayan tempel yang hanya beroperasi di pesisir pantai tidak lagi melaut karena limbah kapal tersebut sudah mencemari pantai tersebut yang juga merupakan objek wisata unggulan Kota Pangkalpinang.
"Kami hanya menyampaikan aspirasi nelayan dan meminta perusahaan untuk menghentikan operasi penambangan, sebelum ada solusi atau kompensasi dari perusahaan untuk membantu nelayan memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Operasional PT. Tinindo Inter Nusa, Bambang yang menerima kedatangan opara nelayan dan pengurus HNSI menyatakan, operasi perusahaan tambang tersebut sudah memiliki izin operasional dari pemerintah kota dan sudah beroperasi sejak Selasa (3/9).
"Kami menyambut baik kedatangan pihak HNSI dan nelayan untuk menyampaikan aspirasi. Untuk sementara aspirasi tersebut ditampung untuk dibicarakan dengan pimpinan perusahaan untuk mencari solusi dari masalah nelayan tersebut," ujarnya.
HNSI Pangkalpinang Datangi Kapal Isap Timah
Senin, 16 September 2013 10:04 WIB