Sorong (Antara Babel) - Masyarakat Adat Kampung Yembuba Kabupaten Raja
Ampat sedih atas kerusakan terumbu karang oleh terjangan kapal pesiar MV
Caledonian Sky pada 3 Maret 2017.
"Kami menjaga kelestarian terumbu karang tersebut selama
berpuluh-puluh tahun bahkan turun temurun dari nenek moyang, namun
hanya dalam beberapa jam saja kawasan seluas 1,3 hektar itu dirusak
kapal pesiar," kata Ketua Adat Kampung Yembuba Habel Sawiyai di Sorong,
Jumat.
Dia mengatakan, kawasan perairan Kampung Yembuba tersebut adalah
salah satu kawasan yang dilindungi dengan peraturan adat yang dinamakan
Sasi oleh masyarakat adat setempat.
Aturan Sasi itu, menurut dia, sudah turun temurun dilakukan yakni
masyarakat dilarang menangkap ikan secara liar dan merusak terumbu
karang di perairan yang dirusak kapal pesiar berbendera Bahama itu.
Sasi adat tersebut untuk mendukung pemerintah daerah melestarikan
ekosistem bawah laut untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Raja
Ampat.
"Terus terang kami masyarakat adat merasa sedih melihat kerusakan
terumbu karang tersebut, apalagi tidak dilibatkan oleh pemerintah dalam
proses penyelesaian ganti kerugian," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Adat Kabupaten Raja Ampat Kristian Thebu
yang memberikan keterangan terpisah, mengatakan Dewan Adat menyerahkan
sepenuhnya proses ganti rugi kerusakan terumbu karang tersebut kepada
pihak pemerintah.
Dewan Adat minta kepada pemerintah agar melibatkan masyarakat adat
Kampung Yembuba yang turun temurun tinggal dan menjaga kelestarian
kawasan kawasan yang dirusak oleh kapal pesiar tersebut dalam proses
ganti rugi.
Setiap orang yang datang di Raja Ampat akan kembali pulang setelah
menikmati keindahan alam. Sedangkan masyarakat adat tetap tinggal dan
bertanggung jawab terhadap kelestarian alam yang indah pemberian Tuhan
itu.
"Sehingga masyarakat adat tersebut harus dilibatkan oleh
pemerintah dalam setiap permasalahan pariwisata di Kabupaten Raja Ampat
yang merupakan destinasi wisata dunia," ungkapnya.
Masyarakat Adat Sedih Menyadari Kerusakan Terumbu Karang Raja Ampat
Jumat, 17 Maret 2017 21:19 WIB
Terus terang kami masyarakat adat merasa sedih melihat kerusakan terumbu karang tersebut, apalagi tidak dilibatkan oleh pemerintah dalam proses penyelesaian ganti kerugian,