Muntok, 19/10 (ANTARA-Babel) - Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangak Barat, Provinsi Bangka Belitung, Suhadi, mengungkapkan pangan alternatif beras aruk kurang diminati warga setempat karena harganya terlalu tinggi.

"Harga beras aruk yang ditawarkan di pasaran mencapai Rp13.000 per kilogram atau lebih tinggi dari harga beras premium yang hanya Rp10.000 per kilogram, sehingga tidak banyak yang mengonsumsi pangan alternatif tersebut," ujarnya di Muntok, Jumat.

Ia mengatakan kenyataan di lapangan tersebut menjadi kendala serius dalam upaya meminimalkan ketergantungan pangan dari beras ke sumber pangan lokal lainnya.

Menurut dia tingginya harga sumber pangan alternatif tersebut tidak terlepas dari animo masyarakat di daerah itu yang kurang berminat menanam pangan alternatif seperti jagung, umbi-umbian, kacang, kedelai dan lainnya.

"Jika sumber pangan alternatif mudah didapat dan harganya jauh di bawah harga beras, kemungkinan akan banyak warga yang secara perlahan memanfaatkannya seiring ekonomi warga yang sedang tidak menentu seperti saat ini," kata dia.

Untuk mengatasi hal tersebut, kata dia, Pemkab saat ini sedang merencanakan untuk mengencarkan sosialisasi berbagai pangan alternatif ke masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber pangan yang ada dengan berbagai macam variasi olahan.

Selain itu, menurut dia, harus ada komitmen dari Pemkab untuk meniru apa yang sudah dilakukan daerah lain seperti program "Satu Hari tanpa Beras" yang terbukti mampu memopulerkan pangan alternatif tersebut.

"Tidak ada salahnya meniru program daerah lain, karena selama ini kita masih sangat tergantung pasokan pangan dari daerah lain, bahkan 90 persen lebih kebutuhan beras didatangakan dari luar daerah," ujarnya.

Ia mengatakan kadar kandungan gizi dalam beras aruk dan sumber pangan alternatif secara keseluruhan tidak kalah dibandingkan beras padi sehingga tidak mempengaruhi tenaga yang dihasilkan tubuh.

"Butuh komitmen Pemkab untuk menyukseskan upaya mengurangi ketergantungan pangan dari beras, jika itu sudah terwujud kami yakin warga akan mengenal pangan alternatif dan ada pergeseran pola pikir untuk memanfaatkan sumber pangan tersebut," kata dia.

Menurut dia, setelah masyarakat mengenal potensi pangan alternatif lokal, upaya mengembangkan berbagai tanaman pangan alternatif akan lebih mjudah karena hasil panen akan lebih lancar.

Pewarta: R Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Donatus Dasapurna Putranta


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2012