Toboali, Bangka Selatan, (ANTARA Babel) - Realisasi retribusi terminal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung (Babel), pada 2012 hanya mencapai Rp14 juta atau tidak mencapai target yang ditetapkan Rp15 juta per tahun.
"Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi terminal ini masih rendah karena angkutan umum jenis bus yang keluar masuk di terminal kurang," ujar Kepala Seksi Sarana dan Prasana Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Maryono, di Toboali, Kamis.
Ia menjelaskan, angkutan umum yang keluar masuk ke terminal hanya 27 unit dengan rute Toboali tujuan Kabupaten Bangka Tengah, Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka Barat.
"Besaran retribusi yang kami punggut hanya Rp2.000 per mobil dan dari 27 unit angkutan umum tersebut ada yang tidak jalan dan masuk ke terminal membongkar atau memuat penumpang," ujarnya.
Ia mengatakan, paling tinggi retribusi terminal yang diperoleh Rp1,5 juta per bulan dan terkadang tidak sampai Rp1 juta per bulan karena masih rendahnya kesadaran sopir angkutan umum masuk ke terminal.
"Pencapaian target retribusi terminal, kami hanya mengandalkan retribusi dari bus angkutan umum, karena sarana transportasi angkutan kota (angkot) belum ada di Bangka Selatan," ujarnya.
Menurut dia, dalam upaya mencapai atau melampui target retribusi terminal ini, kami mewajibkan sopir angkutan umum masuk ke terminal dan menertibkan terminal-terminal bayangan yang ada di sepanjang jalan protokol.
Selain itu, memperbanyak angkutan umum masuk ke terminal dengan mewajibkan travel dan taksi masuk ke terminal, sehingga akan menambah pencapaian retribusi.
"Selama ini, travel dan taksi tidak pernah masuk ke terminal karena sistem angkutan umum langsung mengantar atau jemput ke alamat calon penumpang, sehingga sulit untuk memantau operasi angkutan ini," ujarnya.
Ia berharap, bagi masyarakat yang akan menggunakan angkutan umum untuk ke terminal sehingga sopir angkutan umum tidak lagi mencari penumpang di jalan atau mangkal di terminal-terminal bayangan.
"Kami kesulitan untuk mengubah prilaku masyarakat ini yang selalu menunggu angkutan umum di jalan dan terminal bayangan, karena mereka menilai lebih praktis dan tidak membutuhkan biaya lagi ke terminal," ujarnya.