Sungailiat (ANTARA) - Telah termaktup dalam peraturan daerah nomor 9 tahun 2021, tentang ornamen jati diri Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan sebutan Negeri Serumpun Sebalai. Didalamnya tertulis ketentuan umum, jenis ornamen, dan penggunaan ornamen.
Semboyan Serumpun Sebalai ditulis dilogo provinsi pada gambar balok timah. Dua padanan kata ini sering di ucapkan tapi maknanya sering dilupakan dan mungkin masih ada yang tidak mengetahuinya.
Baru-baru ini dimomen HUT ke 24 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, RRI Sungailiat melalui Pro4 Siaran Budaya Nusantara menggelar dialog mengangkat tema bagaimana memperkokoh semboyan Serumpun Sebalai dikalangan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Dalam dialog tersebut menghadirkan narasumber seorang Sejarahwan dan Budayawan Kepulauan Bangka Belitung Dato' Akhmad Elvian, D.P.M.P dan tokoh perjuangan pembentukan provinsi Kepulauan Bangka Belitung Romadi Hamid.
Menurut Dato' Akhmad Elvian, serumpun berasal dari kata rumpun bentuk jamak dari kata rempun. Kata rumpun lalu dikembangkan sebagai semboyan Serumpun Sebalai.
"Artinya provinsi Kepulauan Bangka Belitung itu terdiri rumpun, rempun yang mendiami Bangka Belitung dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Sementara Sebalai adalah sarana atau bangunan yang dibangun di setiap desa , tempat orang "betason" untuk membangun negeri membangun masyarakat, balai adat itu ada ditiap kampung dan keberadaannya untuk menyelesaikan atau betason menghadapi masalah yang ada," ujarnya.
Lebih jauh lagi Dato' Akhmad Elvian menjelaskan Serumpun adalah simbol dari pancasila sila ke tiga persatuan Indonesia.
"Sedangkan Serumpun juga simbol pancasila sila ke tiga, secara filosofi provinsi ini akan maju, berkembang dan terwujud cita-cita pembentukan provinsi ini harus sesuai dengan nilai luhur pancasila, dan sebalai" ungkapnya.
Serumpun Sebalai adalah modal dasar memperjuangkan provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejak tahun 1958, 1966 dan 2000. Romadi Hamid sebagai tokoh 2 generasi perjuangan pembentukan provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengungkapkan perjuangan tersebut dimulai dari kepulauan ini.
Dengan mata berkaca ia mengingat saat momen berkumpul bersama masyarakat negeri Serumpun Sebalai yang sama-sama ingin memperbaiki nasib daerahnya.
"Kita ingin berdiri sendiri dengan kekayaan kita yang berlimpah. Generasi muda tiang negara yg paling kecil provinsi kepulauan Babel, kalau dia peduli dia harus tau dengan sejarahnya dan yang tua juga harus mengayomi ke yang muda," tuturnya
Dengan semangat juang para tokoh saat itu, penulis sudah dapat membayangkan bagaimana sulitnya memberi keyakinan kepada pemerintah pusat pada periode perjuangan pertama 1958 dan periode kedua 1966 bahwa Kepulauan Bangka Belitung mampu dan layak menjadi wilayah otonom.
Sehingga tidak mengherankan ketika perjuangan saat itu dikatakan Romadi Hamid tidak dilakukan secara terang-terangan karena aspirasi belum bisa disuarakan dengan lantang dan nyawa bisa jadi taruhan atau bahkan hanya dianggap sebagai angin lalu.
Masih banyak hal yang lebih urgen untuk negara ditengah kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang tidak stabil saat itu. Kondisi tersebut ditandai dengan: Inflasi yang tinggi, Krisis moneter, Pertentangan ideologi, Permintaan mahasiswa untuk melakukan tindakan terhadap Peristiwa G30S.
"Saya ikut perjuangan waktu itu tahun '66, namun aspirasi masih disampaikan dengan cara berbisik, artinya kita baru bicara antara kita saja, namun tekat kita akan berjuang terus hingga kita bangkit diera reformasi dimana demokrasi terbuka. Saya ingat betul bagaimana suka dukanya, beda pendapat dan akhirnya masyarakat semua sepakat ditahun 2000 kita menjadi provinsi betapa bahagianya dan bermacam cara menyambutnya mulai naik kapal sampai diluar kapasitas untuk menyaksikan peresmian (ketok palu) kita resmi jadi provinsi. Semua Allah menentukan, alhamdulillah", kata Romadi
Kini, diusianya yang ke 24 tahun tepat pada 21 November 2024 lalu, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Negeri Serumpun Sebalai jika diibaratkan usia sepasang laki-laki dan perempuan, sudah mampu menjalani fase kehidupan dewasa atau yang disebut berumah tangga.
Rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) adalah : “Suatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah atau yang berkenaan dengan keluarga “. Didalam rumah tangga inilah individu-individu mulai dibina menjadi manusia dan generasi yang harapannya siap menjadi penerus perjuangan cita-cita luhur keluarga.
Dalam konteks ini penulis mengaitkan istilah keluarga sebagai anggota famili yang terdiri dari Bapak (suami), Ibu (istri), dan anak yang tinggal dalam satu atap dan membangun kebahagiaan secara lahiriah maupun batiniah dengan provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang menjadi wadah Pemimpin (Gubernur, Walikota, Bupati serta wakil dan pejabatnya, perangkat hukum juga wakil rakyat di DPRD) beserta Rakyatnya dalam berkiprah membangun serta menjaga daerah bersama-sama dalam bingkai semboyan Negeri Serumpun Sebalai.
Bahwa siapapun yang berada dalam bingkai negeri Serumpun Sebalai mempunyai hak dan kewajibannya yang sama terhadap terselenggaranya sesuatu yang baik. Serumpun Sebalai merupakan suatu kesatuan yang manusianya mengabdikan diri dengan caranya sendiri untuk kepentingan pemajuan Kepulauan Bangka Belitung.
Serumpun Sebalai dalam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi sangat penting dan menentukan keutuhan, kelangsungan tatanan masyarakatnya. Jika manusia Serumpun Sebalai baik maka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan menjadi Baik, demikian pula sebaliknya. Jika pemimpin yang dipilih oleh rakyatnya jujur dan amanah maka sejahtera rakyatnya, demikian pula sebaliknya.
Jika rakyatnya hanya sibuk bicara tanpa solusi nyata maka gaduhlah negerinya, demikian pula sebaliknya. Jika mengkritik hendaknya konstruktif tidak destruktif.
Oleh karenanya setiap manusia di Negeri Serumpun Sebalai punya hak dan kewajiban yang sama dan patut merasa memiliki serta punya kepentingan untuk menjadikan provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang maju, kuat juga mandiri, namun Serumpun Sebalai harus tetap menjadi jati diri. Serumpun Sebalai menjadi dasar membangun negeri.
Opini Kite
Serumpun Sebalai sebagai dasar membangun negeri
Oleh Wandasona Al-hamd*) Rabu, 4 Desember 2024 9:52 WIB