Pangkalpinang (ANTARA) - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal sebagai salah satu destinasi wisata, dengan keindahan pantai dan pesona alamnya yang memikat. Namun di balik keelokan panorama tersebut, provinsi ini ternyata masih dihadapkan pada persoalan sosial yang kompleks, salah satunya adalah masalah kriminalitas.
Kriminalitas merupakan salah satu permasalahan sosial yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban Masyarakat. Berdasarkan data dari Bareskrimum Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka Belitung, jumlah kasus kejahatan yang dilaporkan dan tingkat risiko kejahatan per 100.000 penduduk tahun 2024 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tingginya angka kriminalitas ini tidak bisa dilepaskan dari berbagai faktor sosial ekonomi yang melingkupi masyarakat setempat. Beragam faktor menjadi penyebab munculnya tindak kriminal, mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, ketimpangan pendapat, hingga kualiatas Pembangunan manusia.
Oleh karena itu, memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kriminalitas sangat penting sebagai dasar perumusan kebijakan penanggulangan yang tepat.
Bangka Belitung sebagai Provinsi Kepulauan memiliki karakteristik geografis dan sosial ekonomi yang berbeda-beda di setiap Kabupaten/Kota sehingga untuk setiap peristiwa tindak kriminal dapat bersifat sama ataupun berbeda dan suatu peristiwa tindak kriminal tidak hanya berlangsung dalam satu waktu saja.
Kondisi ini menjadi alasan pentingnya dilakukan penelitian berbasis spasial dan waktu untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhada tingkat kriminalitas di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Madhania Fitri Amanda, seorang mahasiswa Program Studi Matematika di Universitas Bangka Belitung dibawah bimbingan Ibu Ririn Amelia, dianalisislah faktor-faktor penyebab kriminalitas menggunakan metode Geographically Weighted Panel Regression (GWPR).
Metode ini merupakan metode alternatif dalam menganalisis data menggunakan aspek keragaman spasial yang diamatai secara panel. Penelitian ini menggunakan data dari tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama periode 2017 hingga 2024, dengan variabel-variabel yaitu Persentase Penduduk Miskin, Tingkat Pengangguran Terbuka, PDRB ADHK Per Kapita, Indeks Pembangunan Manusia, dan Kepadatan Penduduk.
Hasilnya, ditemukan bahwa variabel Persentase Penduduk Miskin dan Kepadatan Penduduk secara signifikan berpengaruh terhadap tingginya angka kriminalitas diseluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Artinya, semakin tinggi angka kemiskinan dan kepadatan penduduk disuatu wilayah, maka tingkat kriminalitas di suatu wilayah tersebut ikut meningkat.
Selain itu, penelitian ini juga membandingkan beberapa jenis fungsi pembobot pada model GWPR dan menentukan model yang terbaik.
Hasilnya, model GWPR dengan fungsi pembobot fixed kernel gaussian merupakan model terbaik karena menghasilkan nilai Akaike Information Criterion (AIC) paling rendah dan koefisien determinasi terbesar daripada model regresi global.
Madhania berharap hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan pengendalian kriminalitas yang lebih tepat sasaran sesuai karakteristik masing-masing daerah.