Pangkalpinang (ANTARA) - Pesta Murok Jerami masyarakat adat Suku Mengkanau Urang Namang, Kabupaten Bangka Tengah, kini menjadi wisata budaya baru. Selain merawat tradisi, perhelatan ini juga untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Negeri Selawang Segantang itu.
Pesta Murok Jerami, yang merupakan wujud kebersamaan membangun dan memperkokoh persaudaraan dalam memanen padi, dikemas menarik serta unik, agar tradisi ini menjadi bagian kunjungan wisatawan lokal, domestik, dan mancanegara.
Ritual yang dipimpin oleh pemuka adat yang bersama-sama dengan beberapa orang itu mengitari areal sawah yang akan dipanen dengan jumlah yang telah ditentukan. Saat mengitari persawahan itu, para pemuka adat memanjatkan berbagai doa kepada Sang Pencipta.
Pemuka adat kemudian memilih padi yang akan dipanen untuk digunting dan dibawa kembali mengitari persawahan. Setelah selesai mengitari sawah, padi yang telah digunting disimpan dalam sebuah ayunan dari kain putih di pondok kecil.
Padi yang dipilih itu diperlakukan layaknya seorang anak yang sedang tidur. Padi tersebut diayun-ayun seperti meninabobokan anak.
Setelah ritual selesai, masyarakat bisa melakukan panen padi bersama-sama, sementara kaum perempuan bertugas menumbuk padi yang telah dipanen hingga menjadi butiran beras.
Pesta Murok Jerami yang dimulai pada awal Februari 2023 itu tidak hanya dihadiri para pemuka adat, tetapi juga pejabat Pemerintah Pusat, kepala daerah, dan Forkopimda Provinsi Kepulauan Bangka dan Bangka Tengah, serta wisatawan. Mereka ikut serta dalam memeriahkan tradisi Suku Mengkanau Urang Namang.
Direktur Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan (Dirjen PDP) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) Sugito mengapresiasi hajatan pesta adat "Murok Jerami" di Desa Namang ini.
"Ini perlu dilestarikan. Membangun desa itu tidak boleh lepas dari akar budaya dan kearifan lokal," katanya.
Murok Jerami adalah tradisi masyarakat Desa Namang yaitu makan bersama di areal ladang dan sawah mereka sebagai wujud rasa syukur atas panen raya padi mereka dan sudah menjadi tradisi secara temurun.
Namang merupakan desa sentra tanaman padi sawah yang menghasilkan beras putih dan beras merah dengan areal tanam seluas 53 hektare dalam satu hamparan.
Program ketahanan pangan yang diselaraskan dengan pariwisata di Desa Namang ini bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi desa lainnya, terutama terkait bagaimana pihak desa mengelolanya dengan pola membangun jejaring dan melibatkan masyarakat secara kolektif.
Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Ridwan Djamaluddin terus mendorong pemerintah kabupaten/kota memanfaatkan budaya lokal menjadi wisata baru untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Kekayaan alam dan budaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat beranekaragam. Hal tersebut menjadi potensi di bidang pariwisata. Selain keindahan alam Negeri Serumpun Sebalai ini, budaya tradisional juga dapat dijadikan sebagai potensi untuk meningkatkan pariwisata dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif sebagai potensi wisata budaya tradisional seperti Murok Jerami merupakan seni budaya dan tradisi serta kearifan lokal masyarakat adat Mengkanau Urang Namang.
"Kami optimis tradisi Murok Jerami ini tidak hanya membangkitkan pariwisata, tetapi juga dapat meningkatkan produksi beras untuk memenuhi kebutuhan pangan, walaupun saat ini belum 100 persen," ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Bangka Tengah Zainal menyatakan pemkab telah menetapkan tradisi Murok Jerami sebagai agenda wisata tahunan di daerah itu karena memiliki nilai budaya lokal yang memikat pengunjung.
Dalam prosesi Murok Jerami, di dalamnya juga ada makan bersama sebagai wujud rasa syukur atas melimpahnya panen raya padi. Tradisi ini dijadikan agenda wisata setiap tahun di sentra padi sawah Desa Namang.
Disbudparpora Bangka Tengah mengemas Murok Jerami ini dengan baik, lebih kreatif, dan inovatif namun tidak menghilangkan nilai budaya lokal. Murok Jerami sudah menjadi tradisi secara temurun.
Murok Jerami ini kelak bakal digelar lebih besar lagi, tidak hanya melibatkan masyarakat lokal, tetapi juga masyarakat dari luar daerah.
Pemkab berupaya menawarkan Murok Jerami ini menjadi paket wisata bagi wisatawan, baik lokal maupun luar daerah. Selain untuk menarik minat wisatawan, ini juga demi melestarikan tradisi temurun sehingga tidak tergilas oleh perkembangan zaman.
Kegiatan Murok Jerami memang tidak hanya melaksanakan ritual murok (menggiling padi) tetapi diikuti sejumlah kegiatan kesenian tradisional.
"Tahun ini sudah kami mulai, tidak hanya menonjolkan ritual murok jeraminya, tetapi juga kegiatan festival kesenian tradisional," papar Zainal.
Kepala Desa Namang Zaiwan mengatakan hamparan petak sawah seluas sekitar 60 hektare di Desa Namang tidak hanya merupakan sumber pangan bagi warga setempat, tetapi juga dapat menjadi potensi pariwisata yang bakal memakmurkan warga.
Masyarakat disebutkan antusias menyambut tradisi itu karena sampai saat sawah masih merupakan sumber pangan bagi warga setempat. Pengembangan tradisi menjadi atraksi pariwisata di Bangka Tengah ini atas dukungan PLN Babel.
Keberadaan sawah tersebut tidak hanya menguntungkan petani yang bisa memproduksi padi lokal untuk ketahanan pangan rumah tangga, tetapi juga menjadi bagian dari daya tarik wisatawan.
Saat ini produksi padi sawah tersebut setidaknya mampu memenuhi kebutuhan pangan keluarga, bahkan belakangan ini sebagian petani sudah menjual hasil panen mereka karena produksi padi sudah mulai melimpah.
General Manager PLN Babel Ajrun Karim mengatakan Desa Namang merupakan salah satu desa binaan PLN Babel yang dipoles melalui program PLN Peduli di bidang lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Adapun pembinaan dilakukan yaitu dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dan penguatan sarana prasarana, salah satunya pemberian bantuan bibit padi dan pemanfaatan faba (fly ash bottom ash) alias limbah sisa pembakaran batu bara.
BUMN itu juga akan terus mendukung masyarakat yang terus konsisten dalam program penanaman padi tersebut agar mereka semakin berdaya dan mandiri.
Konsistensi masyarakat Desa Namang untuk terus menanam padi membuat perusahaan setrum negara itu tergerak dan mendukung program penanaman padi ini. Perseroan itu berharap mereka bisa terus berdaya dan mandiri.
Kekayaan intelektual
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Harun Sulianto menyatakan upacara adat Murok Jerami Desa Namang telah tercatat di Ditjen Kekayaan Intelektual.
Tradisi Murok Jerami ini telah didokumentasi dan diarsipkan dalam Pusat Data Nasional Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Indonesia.
Ia mengapresiasi dan berterima kasih atas inisiatif Pemkab Bangka Tengah yang telah mengusulkan Murok Jerami sebagai Ekspresi Budaya Tradisional sehingga ada perlindungan hukum dan menambah nilai ekonomis bagi daerah serta menjadi potensi daya tarik wisata.
Semua pemda di Babel diminta mendaftarkan semua Kekayaan Intektual Komunalnya, baik ekspresi budaya tradisional, pengetahuan tradisional, indikasi geografis, maupun sumber daya genetik yang dimiliki masing-masing daerah.
Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kanwil Kemenkumham Babel Eva Gantini menyebutkan Surat Pencatatan Inventarisasi Ekspresi Budaya Tradisional Murok Jerami itu sesuai dengan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
"Kustodian dari Murok Jerami adalah Pemerintah Desa Namang, sedangkan jenis Ekspresi Budaya Tradisionalnya adalah Upacara Adat," katanya.
Untuk klasifikasinya yaitu terbuka, sakral, dan dipegang teguh, sedangkan wilayah atau lokasinya berada di Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Pelapor dari EBT ini adalah Zainal, S.Pd., M.Si., dengan nomor pencatatan EBT19202300038.
Hingga saat ini baru satu Kekayaan Intelektual Komunal dari Bangka Tengah yang telah dicatatkan. Akan tetapi pada tahun sebelumnya, Kabupaten Bangka Tengah telah mendaftarkan Kekayaan Intelektual berupa merek sebanyak 20 dan desain industri sebanyak 25 usulan.
Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman minta dinas terkait dapat mengemas ritual adat Murok Jerami lebih menarik dan tidak mencabut akar budaya yang ada.
Murok Jerami--budaya dan kearifan lokal yang sudah menjadi tradisi temurun--dulu merupakan tradisi suku Mengkanau. Profesi suku asli warga Desa Namang mayoritas adalah petani dan peladang/pekebun.
"Suku Mengkanau ini menurut sejarah adalah suku asal atau suku asli yang turun dari Kerajaan Sriwijaya, dibawa oleh pateh (patih kerajaan)," jelas Bupati.
Pesta adat Murok Jerami di Desa Namang menandai panen perdana padi sawah seluas 60 hektare pada akhir Januari 2023. Tradisi yang telah berlangsung turun-temurun itu diselaraskan dengan target swasembada dan kemandirian pangan desa.
Prosesi diawali dengan penampilan kesenian tradisional dan doa, agar tanaman yang tumbuh subur bisa dipanen bersama.
Pada tanaman padi sawah, tidak hanya hasil panen yang bisa dimanfaatkan, tapi juga ada jerami yang bisa diolah kembali untuk kesuburan tanah. Selain untuk padi, masyarakat setempat juga menggunakan jerami untuk menggemburkan tanaman lada atau sahang.
Kepala Desa Namang Zaiwan menyatakan tradisi Murok Jerami Suku Mengkanau diagendakan setiap tahunnya. Melalui program Dana Desa, sebesar 20 persen digunakan untuk memfasilitasi masyarakat Desa Namang dengan Program Ketahanan Pangan Desa, nabati maupun hewani.
Program seperti ini memang perlu sehingga jika terjadi gangguan pasokan, masyarakat desa setempat tidak akan kelaparan. Mewakili teman-teman kepala desa Bangka Belitung, ia mohon agar ditambahkan lagi dana untuk ketahanan pangan, supaya masyarakat lebih sejahtera.
"Sekarang ini produksi padi sawah tersebut setidaknya mampu memenuhi kebutuhan pangan keluarga, bahkan belakangan ini sebagian petani sudah menjual hasil panen mereka karena produksi padi sudah mulai banyak," ujar Zaiwan.
Merawat tradisi Murok Jerami ibarat sekali mengayuh dua pula terlampaui. Ketahanan pangan tercapai, desa pun punya ritual yang berpotensi menggerakkan ekonomi kreatif warga.