"Saya minta penanganan kasus stunting ini dilakukan secara masif hingga ke tingkat desa dan memperkuat koordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan," ujarnya di Koba, Selasa.
Era menjelaskan, prevalensi stunting di daerah itu turun sebesar tiga persen menjadi 18,2 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya 21,2 persen.
"Capaian ini tentu merupakan kabar gembira dan tidak lepas dari kerja sama dan sinergisitas semua pihak yang terus konsisten menekan laju angka prevalensi stunting," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangka Tengah Zaitun mengatakan, peran pos pelayanan terpadu (posyandu) di setiap desa terus ditingkatkan untuk memantau tumbuh kembang anak dan mencegah stunting.
"Peran posyandu sangat penting, maka harus aktif dan dihidupkan di setiap desa," katanya.
Menurut dia, memperkuat peran posyandu bagian dari cara yang cukup masif dalam mencegah kejadian stunting di masyarakat.
Ia mengatakan, sebanyak 140 posyandu yang tersebar di setiap desa harus aktif menjalankan kegiatan dalam memantau tumbuh kembang anak.
"Data dan riwayat kesehatan dari posyandu itu sangat penting sebagai barometer untuk penanganan kasus stunting," ujarnya.
Zaitun mengatakan, para kader posyandu juga harus ditingkatkan perannya dalam memperhatikan persoalan kesehatan, terutama ibu hamil dan balita.
"Kasus stunting itu harus kita deteksi mulai dari ibu hamil atau bayi masih dalam kandungan, sehingga bisa diberikan asupan gizi yang seimbang agar anak lahir tidak dalam kondisi stunting," ujarnya.